Pseudosains, Kritik Terhadap Kristal Air Masaru Emoto

Posted by Blog Al-Mukhtashar on Kamis, 12 Oktober 2017

Pseudosains, Kritik Terhadap Kristal Air Masaru Emoto

Pseudosains, Kritik Terhadap Kristal Air Masaru Emoto

Pseudosains. "Doktor" Masaru Emoto mengklaim bahwa perasaan, pikiran, kata-kata, berbagai jenis musik yang "diperdengarkan" kepada air dapat mempengaruhi bentuk dari kristal air (pada dasarnya adalah snowflake). Kata-kata baik menghasilkan bentuk kristal yang (dianggap) baik, kata-kata buruk akan menghasilkan bentuk kristal yang (dianggap) buruk. Gambar di bawah ini adalah kristal dari air yang sebelumnya telah didoakan oleh biarawan Budha, yang (dianggap) memiliki bentuk kristal yang baik. Pertanyaannya, apakah kesyirikan termasuk kebaikan...?

Pseudosains, Kritik Terhadap Kristal Air Masaru Emoto

Bapak Masaru Emoto berasal dari lulusan Yokohama Municipal University bidang "International Relations", beliau tidak memiliki basic sains, gelar "Doktornya" pun (bidang pengobatan alternatif) tidak dianggap. Namun anehnya penemuan beliau justru banyak "dimanfaatkan" untuk kepentingan tertentu, tidak jarang juga digunakan sebagai penguat "pembuktian religius" bagi orang-orang tertentu. Dan penemuan ini sebenarnya ingin ditinjau dari segi apa? dari segi sains tidak diterima, dari segi logika tidak masuk akal, dari segi religius tidak nyambung. Gambar di bawah ini adalah kristal dari air yang bertuliskan kata God Islam. Diklaim sebagai "Kristal Baik", sama halnya seperti kristal baik lainnya yang didoakan oleh orang-orang kafir. Apakah Allah ingin disamakan dengan sesembahan-sesembahan selain-Nya..? Dan pada poinnya, Bapak Masaru Emoto serampangan mengkategorikan "Kristal Baik" dan "Kristal Cacat". Apakah karena bentuknya (dianggap) indah lalu begitu saja disebut sebagai "Kristal Baik"..? Bukankah definisi adalah sesuatu yang penting..

Pseudosains, Kritik Terhadap Kristal Air Masaru Emoto

Di bawah ini adalah bentuk lain kristal yang bertuliskan kata God Islam. Poinnya seperti ini, bagaimana mungkin seseorang menuliskan kata Allah tetapi tidak meyakini keesaan-Nya dan tidak beriman kepada-Nya, namun hasilnya dianggap sesuatu yang baik dan diklaim sebagai salah satu bukti kebenaran ilmiahnya..? Tidak berbeda dengan kasus "orang kafir" yang mengaku membangun masjid, ia menganggap sebagai suatu kebajikan, tetapi ia tidak sholat di dalamnya. Ini menunjukkan bahwa penemuan tersebut tidak di bangun di atas metode yang kokoh..

مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِيْنَ اَنْ يَّعْمُرُوْا مَسٰجِدَ اللّٰهِ شٰهِدِيْنَ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ بِالـكُفْرِ ۗ  اُولٰۤئِكَ حَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ ۚ  وَ فِى النَّارِ هُمْ خٰلِدُوْنَ

"Tidaklah pantas orang-orang musyrik memakmurkan masjid Allah, padahal mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Mereka itu sia-sia amalnya, dan mereka kekal di dalam neraka.." [QS. At-Taubah: 17]

Pseudosains, Kritik Terhadap Kristal Air Masaru Emoto

Prof(E).Dr. Soewarno T Soekarto yang merupakan Gurubesar Emeritus IPB (Institut Pertanian Bogor) mengatakan di dalam buku The Untrue Power of Water, "Dari membaca isi buku dan riwayat pendidikannya, saya sebagai ilmuan peneliti mendapat kesan bahwa Masaru Emoto bukan peneliti bidang ilmu eksaksa. Memang saat mengamati foto-foto kristal air tersebut Emoto terlihat sangat tekun dan konsisten serta berusaha seobjektif mungkin. Namun tampaknya, pengamatan yang ditunjukkan dalam buku "The True Power of Water" tidaklah memperlihatkan metode penelitian ilmiah yang standar. Dari sudut metode penelitian ilmiah yang standar, pengamatan yang termuat dalam buku tersebut sebenarnya termasuk dalam kategori pengamatan karena hobi. Hal ini pun dia akui bahwa dalam pengamatan terhadap bentuk kristal air yang dibekukan, latar belakang pendidikannya bukan sains melainkan bidang Humaniora. Suatu pengamatan yang dilakukan tanpa latar belakang kompetensi bidang ilmunya itu termasuk kategori kegiatan amatir. Dengan latar belakang demikian, wajarlah bahwa akurasi data hasil pengamatannya tidak dapat dirunut. Sama halnya dengan akurasi (keakuratan) interpretasi data dan kesimpulan yang dia rumuskan. Oleh karena itu akan sangat berlebihan untuk menanggapi secara ilmiah atas akurasi data dan rumusan kesimpulan dengan hanya berdasarkan sajian yang dimuat dalam buku tersebut.."

——○●※●○——

Esha Ardhie
Selasa, 29 Agustus 2017

Previous
« Prev Post

Related Posts

Oktober 12, 2017

0 komentar:

Posting Komentar