Citah (Cheetah), Hewan Tercepat Di Daratan Bumi Dan Menuju Kepunahan Mereka
Kali ini tentang citah dan tentang hewan darat tercepat di planet Bumi, ia mampu mencapai kecepatan maksimum hingga 112 km/jam (70 mph) dengan gerakan kejutnya saat memburu mangsa. Hewan ini terkenal dengan kecepatan tinggi, mengejar mangsa menyusuri dataran Afrika Sub-Sahara dan sering ditampilkan dalam film-film dokumenter alam..
Citah betina dari Kebun Binatang Cincinnati terekam dengan kamera berkecepatan tinggi (1.200 fps). Ia melintasi jarak 100 meter hanya dalam waktu 5,95 detik, mencapai kecepatan maksimum 98 km/jam (61 mph). Slow motion yang apik, awal video ini menanyangkan segmen 1,9 detik dari sprint yang dilakukan oleh citah tersebut, dan memperlihatkan bagaimana gerakan kaki dan stabilitas yang dibutuhkan untuk mencapai kecepatan tinggi. Citah menggunakan ekornya yang panjang sebagai kemudi, semisal mengarahkan agar belok tajam saat mengejar mangsa..
*Matikan volume untuk tidak mendengarkan musik..
Citah adalah bintangnya seluruh media, indah dan menawan. Ia telah menempati ruang khusus dalam benak imajinasi manusia, cepat dan jinak, menjadi model iklan & produk di berbagai penjuru dunia, dan aktor kesayangan para pembuat film. Semua persepsi tentangnya tersebut membawakan kesan bahwa mereka dalam keadaan "baik-baik saja", nyatanya tidak..!!
Faktanya, citah adalah kucing besar yang paling rentan di dunia, sangat langka dan terus bertambah langka. Di Afrika, jumlah citah menurun drastis lebih dari 90% selama abad ke-20. Bagaimana tidak? sedangkan para petani, peternak, dan penggembala terus berlomba memadati mereka keluar dari habitatnya, para pemburu menembak mereka sebagai wahana olahraga, menangkap anak-anaknya untuk perdagangan yang menguntungkan mereka semata..
Menurut referensi yang saya cantum (di akhir tulisan), tahun 2012, tercatat kurang dari 10.000 ekor citah yang masih bertahan di alam liar. Namun berdasarkan studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) tanggal 26 Desember 2016, jumlah citah yang masih bertahan di seluruh dunia hanya tinggal 7.100 ekor, dan hal ini yang mendorong seruan agar mengubah status konservasi citah dari "rentan" dan diklasifikasikan sebagai spesies yang "terancam punah". Hilangnya habitat, perburuan liar, dan perdagangan hewan ilegal telah menyebabkan penurunan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir..
Di Zimbabwe, tempat di mana penyebaran citah terdokumentasikan dengan baik, pada tahun 2000 jumlah populasi mereka terhitung 1.200 dan menurun pesat menjadi 170 ekor di tahun 2016..
Mengingat tentang sifat rahasia citah yang sulit dipahami, menyebabkan pula sulitnya mengumpulkan informasi mengenai spesies tersebut, yang menyebabkan citah menjadi terabaikan. Para peneliti mengungkap bahwa citah sangat sensitif terhadap hilangnya habitat karena kebutuhan ruang mereka yang besar, dan hewan tercepat tersebut telah kehilangan 91% habitatnya. Temuan ini menunjukkan bahwa kebutuhan citah akan ruang hidup yang luas, ditambah dengan ancaman kompleks yang dihadapi oleh spesies di alam liar, memungkinkan mereka akan jauh lebih rentan terhadap kepunahannya, daripada perkiraan sebelumnya..
Bahkan dalam nuansa pariwisata, intimidasi yang kuat, ia mengalami tekanan yang berat. Pemalu, satu-satunya kucing besar yang tidak bisa mengaum. Ia disudutkan oleh kehadiran singa yang jauh lebih kuat dari segi tubuh maupun jumlah. Ketika Anda melihat sekumpulan singa, Anda tidak akan mendapati banyak kerumunan citah. Semisal dalam Taman Nasional Serengiti di Tanzania dan Cagar Alam Nasional Maasai Mara di Kenya, jumlah citah dari keduanya hanya berjumlah 300 ekor yang dipadati oleh lebih dari 3.000 singa dan sekitar 1.000 macam tutul, "Cheetahs tend to be something people look for on their second safari.."
Meski rentan akan kepunahan, mereka adalah salah satu dari yang terkuat dan paling cerdas, tidak hanya cepat, ia juga mengerti tatanan ruang di alam, mungkin banyak dari kita yang tidak menyadari betapa hebatnya citah, bertahan melewati terpaan dingin dan hantaman terik. Namun mereka yang selamat hari ini, mengalami eksistensi yang genting..
(Saya hanya mencoba membuat kalimat penutup yang menarik, hehee)
>> Referensi Jurnal :
Sarah M. Durant, Nicholas Mitchell, Rosemary Groom, Nathalie Pettorelli, Audrey Ipavec, Andrew P. Jacobson, Rosie Woodroffe, Monika Böhm, Luke T. B. Hunter, Matthew S. Becker, Femke Broekhuis, Sultana Bashir, Leah Andresen, Ortwin Aschenborn, Mohammed Beddiaf, Farid Belbachir, Amel Belbachir-Bazi, Ali Berbash, Iracelma Brandao de Matos Machado, Christine Breitenmoser, Monica Chege, Deon Cilliers, Harriet Davies-Mostert, Amy J. Dickman, Fabiano Ezekiel, Mohammad S. Farhadinia, Paul Funston, Philipp Henschel, Jane Horgan, Hans H. de Iongh, Houman Jowkar, Rebecca Klein, Peter Andrew Lindsey, Laurie Marker, Kelly Marnewick, Joerg Melzheimer, Johnathan Merkle, Jassiel M'soka, Maurus Msuha, Helen O'Neill, Megan Parker, Gianetta Purchase, Samaila Sahailou, Yohanna Saidu, Abdoulkarim Samna, Anne Schmidt-Küntzel, Eda Selebatso, Etotépé A. Sogbohossou, Alaaeldin Soultan, Emma Stone, Esther van der Meer, Rudie van Vuuren, Mary Wykstra, and Kim Young-Overton. The global decline of cheetah Acinonyx jubatus and what it means for conservation. PNAS, December 27, 2016 DOI: 10.1073/pnas.1611122114
http://pnas.org/content/114/3/528.abstract?sid=6c1f93a9-fb2f-4152-858a-f6b3c7d6462f
https://www.livescience.com/57324-cheetahs-threatened-with-extinction.html
http://ngm.nationalgeographic.com/2012/11/cheetahs/smith-text
Baca Juga :
○ Hewan Terbesar Di Bumi, Paus Biru Dan Tentang Makanannya
○ Bagaimana Cara Kerja Herd Immunity (Imunitas Kelompok)?
○ Hummingbird, Burung Kolibri Yang Unik Dengan Metabolisme Tingkat Tinggi
○ Alasan Ilmiah Mengapa Kucing Tiga Warna Tak Pernah Berusia Lama
○ Video 3D Pertama Di Balik Kisah Embrio Alga Hijau Bernama Volvox
——○●※●○——
Esha Ardhie
Selasa, 10 Oktober 2017
0 komentar:
Posting Komentar